Selasa, 28 Juli 2009

Flu Babi Masuk Jakarta

Seorang pasien suspect flu babi sedang dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara, sejak Selasa (5/5). Penderita bernama Jhon (53) asal Asutralia itu, menghuni ruang isolasi kamar VI Ruang Mawar.

Awas, wabah flu babi telah masuk Jakarta. Terbukti, RSPI Prof DR Sulianti Saroso sejak Selasa (5/5) merawat seorang pasien yang mempunyai gejala sama seperti flu babi. "Saat ini pasien tersebut sedang menjalani pemeriksaaan secara intensif oleh tim dokter kita,” kata Direktur RSPI Prof DR Sulianti Saroso, Sardikin Giriputro, Kamis (7/5).
Menurutnya, pasien yang masuk di RSPI diduga terjangkit virus H1N1. Pasien tersebut belum dinyatakan positif mengidap flu babi, karena masih dalam pemeriksaan secara insensif oleh Departemen Kesehatan RI. “Jika ada pasien yang hasil diagnosanya mengarah ke gejala suspect flu babi, hasil diagnosanya harus menunggu beberapa kali. Kita yakinkan dulu, yang pasti untuk saat ini belum ada hal-hal yang perlu dicemaskan,” tegasnya.
Sardikin menambahkan, masyarakat tetap harus waspada terhadap kasus influenza. Bila ada gejala-gejala mirip influenza biasa yakni demam, batuk, pilek, lesu letih, nyeri tenggorokan, napas cepat atau sesak napas disertai dengan mual dan diare, disarankan langsung memeriksakan diri ke rumah sakit atau puskesmas. “Cara penularan flu babi melalui udara dan dapat juga melalui kontak langsung dengan penderita. Umumnya menyerang orang dewasa dan menular dari babi hidup ke manusia. Saat ini sudah terjadi penularan dari manusia ke manusia,” ungkapnya. 
Salah seorang petugas di RSPI Sulianti Saroso mengungkapkan, pasien yang suspect flu babi merupakan rujukan dari SOS Medika Klinik Cipete, Jakarta Selatan. Ceritanya, pasien diduga terkena flu setelah kembali dari luar negeri. Saat ini pasien yang diduga suspect flu babi tersebut telah diisolasi untuk mendapatkan perawatan intensif dari tim dokter.

Jangan Panik

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan telah mennyiapkan langkah antisipasi flu babi dengan merumuskan langkah pencegahan. Karena itu, warga Jakarta diimbau tidak perlu panik dan khawatir. Bahkan, sejauh ini di DKI Jakarta belum ditemukan babi yang terjangkit virus H1N1.

 Langkah pencegahan yang dilakukan yaitu meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak antar daerah. Setiap ternak babi harus dilengkapi surat keterangan kesehatan hewan dari daerah asal dan dokumen pengeluaran/pemasukan ternak. 
Kemudian, melakukan penataan karantina dan Rumah Potong Hewan (RPH) babi di Kapuk, Jakarta Barat, dengan meningkatkan bio sekuriti kandang penampungan, tempat pemotongan, kendaraan dan peralatan RPH serta pemeriksaan antemortum dan postmortum di RPH Babi Kapuk.
 Selain itu, Dinas KPKP DKI Jakarta juga akan melakukan surveilans (uji serologis) terhadap virus H1N1 serta meningkatkan pengawasan dan penertiban pemotongan babi di luar RPH. “Bila ditemukan penyakit flu babi akan dilakukan langkah isolasi, diagnosa lanjut, dan stamping out,” kata Edy Setiarto, Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta.
 Langkah selanjutnya, yakni para pelaku yang mengalami kontak langsung dengan ternak babi diwajibkan menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan. Langkah terakhir, Dinas KPKP DKI Jakarta segera melakukan sosialisasi serta membuat suara edaran kepada pelaku usaha atau pemotong ternak babi adat di luar RPH agar memotong babi di RPH Kapuk.
 Dengan adanya lima langkah ini, Edy Setiarto meminta kepada masyarakat tidak perlu panik. Sebab, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI telah siap mengantisipasi penyebaran virus H1N1 di Jakarta. Selain itu, kepada masyarakat yang mengonsumsi daging babi diminta agar memasaknya hingga matang dengan suhu minimal 80 derajat celcius dan dibiarkan selama lima menit. Dijamin virus tersebut akan mati dan tidak ada penyebaran dalam daging.

Pasokan 

Edy menjelaskan, secara klinis, kasus flu babi di Indonesia, khususnya di Jakarta hingga saat ini belum ditemukan. Bahkan, peternakan babi di DKI Jakarta sudah tidak ada lagi karena telah ditutup sejak tahun 1992. Hanya saja, saat ini di DKI Jakarta masih mempunyai satu RPH Babi yang berlokasi di Kapuk, Jakarta Barat. 

Kapasitas pemotongan di RPH ini mencapai 500 babi per hari. Sedangkan pasokan babi yang masuk ke DKI Jakarta, hampir 90 persen berasal dari Jawa Tengah, dan 10 persen lagi berasal dari Sumatera Utara dan Kalimantan Barat. “Hingga sekarang, di daerah pemasok babi tersebut belum ditemukan adanya flu babi. Jadi masih relatif aman,” ujarnya.
 Meski demikian, Dinas KPKP DKI Jakarta terus melakukan pengawasan terhadap RPH Babi di Kapuk. Setiap hewan yang masuk langsung diperiksa dokter hewan kendati sudah ada surat keterangan sehat dari daerah asal. Selain itu juga mengintensifkan agar seluruh petugas di RPH babi menggunakan alat pelindung. "Setiap hari petugas harus melakukan pembersihan dan menyemprot desinfektan. Setelah selesai melakukan pemotongan, seluruh petugas wajib membersihkan diri," tukasnya. (8) simon leo siahaan

----------------------------------------------- box -----------------------------------------

Meksiko Mencekam 


Meksiko telah menaikkan jumlah kematian yang mungkin disebabkan oleh virus flu babi (swine flu) menjadi 152 orang. Kontan saja, wabah itu menggemparkan dunia, tak terkecuali Indonesia. Bahkan pemerintah Indonesia mengalokasikan dana senilai Rp 40 miliar untuk penanggulangan virus H1N1 tersebut. 
Sebelumnya, Selandia Baru dan Israel serta PBB telah memperingatkan bahwa penyebaran virus tidak bisa dibatasi. Amerika Serikat, Kanada, Inggris dan Spanyol mengukuhkan kasus ditemukan di wilayah mereka, tapi belum ada korban meninggal di luar Meksiko, tempat virus flu babi pertama kali dilaporkan.

Flu babi adalah penyakit pada saluran napas hewan babi yang diakibatkan virus influenza tipe A dan sering menimbulkan wabah pada hewan babi. Umumnya manusia tidak mengalami flu babi, walaupun mungkin saja tertular. Yang pasti, flu babi mudah menular dan telah terjadi penularan antar manusia. Namun belum diketahui seberapa mudah virus dapat menular antar manusia.
  Penderita flu babi memiliki gejala-gelaja seperti sakit tenggorokan, badan pegal, sakit kepala. Sebagian penderita dapat mengalami diare dan muntah. Pada masa lalu, pernah dilaporkan penderita flu babi mengalami pneumonia dan gagal napas, hingga menimbulkan kematian. 
Tanda bahaya pada anak-anak, yaitu napas cepat atau sulit bernapas, kulit tampak pucat, membiru, minum sedikit, sering tertidur, tidak dapat berinteraksi dengan sekitar, mudah marah, anak tidak mau digendong, dan demam dengan rash. Sementara tanda bahaya pada orang dewasa meliputi sulit bernapas/napas pendek/ tersengal-sengal, nyeri atau rasa seperti tertekan pada dada/perut, pusing mendadak dan rasa tidak nyaman di kepala (confusion), serta muntah-muntah. (8) simon leo siahaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar