Selasa, 28 Juli 2009

Misteri Kematian Mahasiswa Indonesia

Jasad mahasiswa David Hartanto Widjaja sudah menyatu dengan lautan Singapura. Namun, misteri kematian mahasiswa Universitas Teknologi Nanyang (UTN), Singapura, asal Indonesia itu belum terkuak. David Hartanto Widjaja tewas pada 2 Maret 2009.
Media Singapura lantas membuat berita bahwa David tewas bunuh diri usai menusuk profesornya, Chan Kap Luk. Juga diberitakan bahwa penyebab David bunuh diri adalah frustasi karena beasiswanya diputus. Kematian David semakin misterius karena disusul kematian dua staf peneliti asal China, Zhou Zheng (24) dan Hu Kunlun.
Ketiganya berasal dari Universitas yang sama. Zhou Zheng seorang peneliti laboratorium, yang ditemukan tewas gantung diri di balkon kampus. Kematian yang ketiga dialami Hu Kunlun, staf peneliti di Divisi Kontrol dan Instrumentasi, Fakultas Teknik Elektro dan Elektronik. Dia tertabrak saat menuju tempat kerja pada Jumat, 27 Maret pagi. 
Melihat rentetan peristiwa itu, membuat pihak keluarga almarhum curiga, bahwa ada dugaan ketiganya sengaja dibunuh. Pihak keluarga mengaku tak yakin pemerintah Singapura bisa jujur mengusut kasus ini. Keluarga David Hartanto Widjaja, mahasiswa Universitas Teknologi Nanyang Singapura mengklarifikasi berita miring media Singapura yang memposisikan David sebagai kriminal. 
Karena dilihat banyak kejanggalan dalam peristiwa tewasnya David. Maka para blogger membentuk tim verifikasi kematian David. Seperti halnya keluarga, tim verifikasi juga menduga bahwa David justru korban pembunuhan. Bukan pelaku kriminal, yang berbuat anarkis.
Menurut salah satu anggota tim, Iwan Piliang, diduga pembunuhan David terkait riset tentang "Multiview aquisition from multicamera configuration for person adaptive 3D display" yang dibuatnya sebagai tugas akhir. "Riset David bernilai ekonomi tinggi. Dibunuhnya diduga juga karena motif ekonomi," kata Iwan. 
 Menurut Iwan, teknologi dalam riset bernomor A 3026-81 sangat canggih. Hasil riset tersebut bisa diaplikasikan dalam dunia pertahanan, untuk mencari seseorang yang berada dalam kerumunan dengan menggunakan identifikasi retina ataupun sidik jari. "Untuk risetnya itu David dirujuk ke laboratorium EEE 3 Information System Research Laboratory di NTU," kata Iwan.
 Untuk membuktikan bahwa hasil riset David bernilai ekonomi dan memiliki teknologi tinggi, tim akan melakukan verifikasi ke Institut Teknologi Bandung, bertemu Ary Setiadi di Laboratorium Teknik VIII, Kamis 2 April 2009. "Baru kami ke Singapura," tambah dia.

Berteriak ketakutan

Menurut Iwan, kecurigaan makin bertambah pasca kematian dua staf peneliti asal China, Zhou Zheng dan Hu Kunlun, yang bekerja di laboratorium NTU. Sebelumnya, ayah David, Hartanto Widjaja mengatakan hasil penelitian David ada di laptop yang saat ini di tangan kepolisian Singapura. 

Sebelum ajal menjemputnya, David sempat berteriak ketakutan karena dikejar oleh beberapa orang dari ruangan Prof Chan Kap Luk (45) di jurusan Electrical Engineering, tempat David berkonsultasi mengenai tugas akhirnya. “They want to kill me, they want to kill me… they….” teriaknya. Kemudian dia tewas bersimbah darah.
Ayah David menuturkan, seorang perempuan pekerja di NTU menyaksikan peristiwa itu. Tapi dia tak mengira itu sebuah teriakan minta tolong. Justru dia menyangka itu hanya sebuah adegan bercanda. Perempuan itu menceritakan hal itu kepada ayah David di kampus NTU pada Senin 2 Maret 2009 sore.
Namun dia enggan mengungkapkan nama perempuan itu. “Jika saya sebutkan nama wanita itu kepada Anda, akan dibunuh pula wanita itu kini,” ujar Hartono kepada Iwan Piliang. Sayangnya kepolisian Singapura tidak memperbolehkan pihak keluarga yang ditemani pihak Kedutaan Indonesia di Singapura, melihat jasad David.  
 Menurut Hartanto, sulit dipercaya kematian tiga korban secara berurutan itu adalah murni kebetulan. "Anak ini [Hu] jurusannya sama. Ini sangat aneh," tambah dia. Hartanto berpendapat, meski pihak NTU mengatakan tiga peristiwa ini tak ada kaitannya, polisi tak boleh menelan mentah-mentah. 
"Menurut saya polisi harus menyelidiki kejadian ini secara keseluruhan, ada banyak kejanggalan," tambah dia. Sampai saat ini penyebab pasti kematian David dan Zhou belum diketahui. Kepolisian Singapura menutup rapat perkembangan penyelidikan, sampai-sampai keluarga David meminta kepolisian Indonesia ikut melakukan penyelidikan kematian anaknya. 
 Tak hanya pihak Singapura yang dianggap tak peduli dengan keluarga David, menurut William, kakak David mengatakan, kerja Kedutaan Besar RI untuk Singapura juga tak maksimal. "Kalau hanya memantau, maaf saja, siapapun bisa," kata dia.
 Sesaat setelah kejadian, tambah William, KBRI seharusnya juga mengkopi data dalam handphone dan laptop milik David. "Kita boleh saja khawatir akan ada yang sengaja dihapus," tambah dia. 
 Sebagai negara yang berdaulat, Indonesia seharusnya tak hanya berdiam diri menunggu hasil penyelidikan polisi Singapura. Pemerintah, kata William, bisa memberi tekanan pada Singapura, tindakan yang pasti dilakukan negara lain jika ada warga negaranya meninggal di Indonesia. "Apalagi ini meninggalnya tidak wajar," kata William.
Hasil otopsi
Ayah David, Hartono Widjaja, di Jakarta, Jumat (3/4), menerima salinan hasil otopsi (visum et repertum) dari Singapura. "Saya masih mempelajarinya karena berbahasa Inggris dan saya juga awam mengenai istilah kedokteran," kata Hartono.
 Oleh karena itu, ia belum bersedia berkomentar kecuali menyatakan tetap berharap pemerintah Indonesia membantu mengungkap kebenaran kasus kematian David di kampus Nanyang Technological University Singapura pada tanggal 2 Maret 2009. "Caranya entah. Saya tidak tahu. Saya hanya berharap pemerintah membantu mendapatkan kebenaran dan keadilan," tekannya.
 Hartanto yang menduga anaknya menjadi korban pembunuhan telah meminta bantuan Mabes Polri, tetapi petugas menyarankannya supaya melalui jalur Departemen Luar Negeri atau Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura.
 Ketika dihubungi terpisah, Koordinator Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI Singapura, Yayan GH Mulyana, mengemukakan pihaknya sudah dan akan terus berusaha membantu keluarga David dengan mendesak penegak hukum Singapura agar menangani kasus itu dengan sebaik-baiknya.
 Hasil otopsi (visum et repertum) sudah disampaikan pihak berwenang di Singapura kepada NTU, dan salinannya telah disampaikan NTU kepada keluarga David melalui surat elektronik (e-mail).
 KBRI sendiri, lanjut Yayan, perlu mendapatkan salinan hasil otopsi dan mencoba mendapatkannya dari, tetapi diminta mendapat izin terlebih dahulu dari keluarga David.
"Kami masih mencoba mendapatkannya dari rumah sakit (General Hospital)," singkatnya.
 Hasil otopsi warga negara Indonesia, biasa diterima KBRI bila tidak ada ahli waris atau keluarga di Singapura. "Untuk almarhum David, penyampaian hasil itu disampaikan kepada NTU yang mengurus jenazah dan salinannya diprioritaskan kepada keluarganya," ujar Yayan.
 Dari Kepolisian Koroner Singapura, sambungnya, diperoleh keterangan bahwa konklusi (simpulan) hasil penyelidikan kepolisian akan diumumkan sebulan lagi dari sekarang.
 Kepolisian negeri itu masih bekerja, di antaranya akan memeriksa komunikasi e-mail antara David Hartanto dengan Prof Chan Kap Luk, dosen pembimbing tugas akhir David, mahasiswa teknik elektro. Kedua orang itu pada hari Senin 2 Maret 2009 bertemu di satu ruangan lantai IV sebelum David didapati dalam keadaan meninggal di tanah rumput dekat selasar lantai I. (8) simon leo siahaan

------------------------------------------------- BOX --------------------------

Menyangkal Sebagai Homoseksual

Sedangkan,
dosen David Widjaja, Profesor Chan Kap Luk hari ini akhirnya angkat bicara. Dalam wawancara dengan The New Paper, pengajar di Jurusan Elektro Universitas Teknologi Nanyang, Singapura membantah spekulasi yang berkembang bahwa dia seorang homoseksual. 
 Namun, Chan menolak berbicara lebih banyak lagi terkait penusukan yang dia alami dengan alasan dia telah memberikan semua keterangan kepada polisi. Menurut William Widjaja, kakak David, perkataan si profesor tak bisa dijadikan fakta. "Profesor itu mengaku seperti apapun, bagaimana kejadiannya, terserah dia. Di ruangan itu hanya ada dia dan adik saya, sementara adik saya sudah meninggal," kata William.
Jika pemerintah Singapura langsung percaya keterangan Chan, kata William, pemerintah negeri Merlion itu tak ubahnya seperti anak kecil. "Ibaratnya, kalau maling mengaku, penjara penuh," lanjut William. 
 Sebelumnya, keluarga David menduga sang anak emas adalah korban kekerasan seksual. Keluarga akan tetap mencari bukti-bukti bahwa David mengalami kekerasan seksual, termasuk soal kehidupan seksual profesor Chan. "Memangnya homo tidak bisa menikah, banyak kok," kata William. 
 David yang mahasiswa tingkat akhir Universitas Nanyang Singapura ditemukan tewas terjatuh dari loteng. Menurut sejumlah media Singapura, David bunuh diri usai menusuk dosen pembimbingnya Senin 2 Maret 2009. 
 Usai tragedi penusukan, korban yang dosen di Universitas Nanyang, Singapura, Chan Kap Luk (45) dilarikan di Rumah Sakit Universitas Nasional Singapura. Beda nasib, sang profesor saat ini dalam kondisi baik. 
 Sampai hari ini, penyebab kematian David Hartanto Widjaja dan apa yang sebenarnya terjadi antara David dan dosen pembimbingnya, Chan Kap Luk (45) masih menjadi misteri. (8) simon leo siahaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar