Selasa, 28 Juli 2009

SITU GINTUNG MINTA KORBAN

Entah mimpi apa warga Desa Cireundeu pada Jumat Maret 2009 kemarin. Secara tiba-tiba mereka dilanda bencana air bah. Puluhan korban pun melayang dan puluhan rumah terendam. 

Bencana air bah akibat jebolnya tanggul danau Situ Gintung, Desa Cireundeu, Tangerang, Banten benar-benar mengagetkan. Betapa tidak, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 05:00 WIB (subuh) disaat warga tengah terlelap tidur. Yang lebih menyedikan, bencana tersebut merenggut 52 orang korban jiwa dan sediktinya 72 warga hilang. Bukan itu saja, puluhan rumah juga ikut terendam air. Warga menyebut, bencana tersebut merupakan Tsunami kecil. 
Menurut warga, peritiwa itu terjadi diawali dari hujan deras pada Kamis 26 Maret 2009 siang secara terus menerus hingga sore hari. Tiba tiba ditengah derasnya hujan tersebut, beberapa ruas tanggul Situ Gintung yang sudah mulai retak berbunyi atau berderit. 
Tidak berapa lama kemudian pada Kamis 27 Maret 2009, dini hari atau disaat warga tertidur, tanggul yang posisinya persis di bawah RM Situ Gintung jebol dan mengeluarkan air bah.  
 "Kemarin siang itu hujan deras sejak pukul 14.00 WIB sampai maghrib jam 18.00 WIB hingga air tanggul penuh. Malam sekitar pukul 00.00 WIB, tanggul sudah mulai retak, tidak lama jebol, byuurr.." kisah warga Kampung Situ Gintung, Desa Cireundeu, Tangerang, Mulyadi 
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung dan Cisadane, Sutoyo membenarkan penyebab jebolnya tanggul tersebut tingginya curah hujan sehingga permukaan air situ naik dan melimpas ke tanggul  
"Saat hujan kemarin begitu besar, terjadi kenaikan muka air. Sehingga air naik dan terjadi limpasan di atas tubuh bendungan. Sehingga tergerus dan longsor. Tanggul manapun pasti akan jebol kalau terjadi pelimpasan. Apalagi tanggul itu sudah tua yang dibuat masa penjajahan Belanda pada tahun 1933" jelas Sutoyo.
Dia menambahkan, volume air situ yang melimpas tanggul sebanyak 1 juta meter kubik air dari situ yang seluas 21 hektar.  
Derasnya terjangan air bah tersebut membuat warga banyak yang tidak sempat menyelamatkan diri, mereka terbawa derasnya arus akibat jebolnya tanggul tersebut.
Diantara warga yang selamat yakni Mamat (52) salah satu korban yang mengaku selamat dari terjangan arus setelah berpegangan pada sebuah asbes atap rumahnya.  
Menurut Mamat, kejadian itu terjadi diawali suara gemuruh seperti kapal, dia juga mendengar ada warga berteriak: Air, air!
Rumah Mamat memang terletak dibantaran Kali Gintung dibelakang Kampus Univeristas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan posisinya menjorok ke arah bawah.
Ditengah derasnya air, Mamat & kelurganya keluar rumah dan berusaha naik ke atap rumah, namun karena derasnya air membuat situasi menjadi tidak memungkinkan untuk menyelamatkan diri. 
"Saya dan keluarga mau naik ke atas rumah tapi nggak keburu karena derasnya air dan kami sudah keseret air duluan," kata Mamat mengisahkan perjuangannya menyelamatkan diri.
 Saat terseret derasnya arus, tinggi air sudah setinggi atap rumah. Saya terus berusaha menggapai apa saja untuk menyelamatkan diri. Tiba tiba tangan saya meraih sebuah asbes dan akhirnya berhasil menyelamatkan diri. 
Mamat selamat setelah ditemukan tim SAR pada pukul 08.00 WIB. Dia kemudian dibawa ke aula STIE KH Ahmad Dahlan. Namun istri dan anaknya diketahui sudah tidak bernyawa. Sedangkan menantu dan cucunya belum ditemukan.
"Saya melihat anak saya, saya syok langsung. Terus saya ingin tahu istri saya di mana? Kata tetangga, istri saya sudah dibawa ke RS Fatmawati dan meninggal," kata Mamat bersedih. 
Selain merengut banyak nyawa, peristiwa itu juga menjebolkan tiga rumah yang beradai disekitar tanggul. 
Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan, Rustam S Pakaya mengatakan jumlah korban akibat runtuhnya tanggul Situ Gintung yang teridentifikasi mencapai 52 orang. Jumlah itu diperkirakan masih akan bertambah karena masih banyak warga yang hilang.
Para korban yang meninggal dunia umumnya disebabkan paru-paru yang dipenuhi air. "Semuanya mati lemas akibat terendam dalam air," kata Ahli Forensik RS Fatmawati, Andriani di kamar mayat RS Fatmawati, Jakarta. 
Selain merengut puluhan korban jiwa, bencana tersebut juga menghancurkan gedung dan kaca kaca Kampus Universitas Muhamadiyah Jakarta. Bagian ruang rektorat UMJ yang terletak di lantai 1 ikut hancur dan berantakan dipenuhi sampah dan tertutup Lumpur. 
Dibelakang ruang rektorat ada TK Muhammadiyah juga ikut hancur, sebagian besar temboknya rubuh diterjang ganasnya air bah.

Diatas pagar 

Ganasnya air bah akibat jebolnya tanggul Situ Gintung juga membuat puluhan mobil mobil warga ikut menjadi korban. Mobil mereka terseret hingga mencapai puluhan meter. Bahkan di kompleks Perumahan Cireundeu Permai yang berdekatan dengan jebolnya tanggul tersebut, beberapa mobil ada yang nyungsep ke atas pagar warga dan saling bertindihan. 

Bencana tersebut juga berimbas ke Kak Seto Mulyadi. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (Komnas PA). Rumahnya terendam hingga 2,5 meter dan 4 Mobil miliknya pun menjadi korban.
"4 mobil milik kami sampai terseret dari garasi hingga ke taman," kata putri sulung Kak Seto, Minu.
Kendaraan tersebut yakni Suzuki Swift, Honda Jazz, Kijang Innova, dan Toyota Avanza. "Satu mobil Pregio untuk kelas keliling ikut terendam," tambahnya. 
Selain itu, dijalan Bukit Cireundeu Raya, kompleks tersebut, sebuah mobil Isuzu Auto silver nopol B 9855 OD milik Bernadus terseret arus hingga 6 meter. Mobil itu terhenti setelah menindih isuzu Panther silver nopol B 8585 polos. 
"Kalau ini tidak terlalu jauh, Mas. Tadi malah ada mobil punya bule, terseret dari ujung Cireundeu Raya hingga ke Jembatan Cireundeu, sekitar 100 meter karena terbawa derasnya arus sungai Pesanggrahan," kata Bernardus.
Bahkan satu Toyota Avanza nopol B 2304 IS berwarna hitam terangkat hingga ke atap garasi. Sampai saat ini mobil itu belum dievakuasi karena berada diatas ketinggian. 
"Pagi-pagi sekitar pukul 05.00 WIB, mobil itu terseret dan bertumbukan semua. Kami semua pasrah," kata Bernardus.
Pantauan Sensor, kompleks Perumahan Cirendeu Indah, Jakarta Selatan, masih terendam air sepaha orang dewasa. Puluhan mobil terseret arus hingga ke jalan serta evakuasi warga masih berlangsung. Seperti mobil Kijang kapsul biru B 8785 ZU terseret arus dan menabrak tiang listrik hingga kaca belakang mobil pecah. 
Hal serupa juga dialami Suzuki Aerio hitam B 8022 YC. Tampak dari kejauhan mobil Honda Jazz merah serta Toyota Camry hitam terdampar di tengah arus. Selain itu puluhan mobil masih terjebak di garasi rumah yang dipenuhi air yang masuk ke dalam rumah warga. 

Polisi dikerahkan

Operasi penyelamatan dan evakuasi terus dilakukan dan ratusan personil Kepolisian dari Polda Metro Jaya pun dikerahkan ke lokasi. .

"Kekuatan personel untuk pengamanan dan evakuasi di sekitar lokasi jebolnya Situ Gintung ada 332 personil," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya AKBP Chryshnanda Jumat (27/3).
Adapun rincian personel antara lain dari Brimob Polda Metro Jaya terdiri 75 personel, Gegana 10 personel, Den A 20 personel, satuan Samapta yang terdiri SAR 20 personel, Dalmas 115 personel, patroli mobil 2 unit, dan patroli motor 10 unit.
"Ini tugas kemanusiaan," kata Chryshnanda. 
Sementara itu, Wakil Bupati Tangerang, Rano Karno mengatakan jebolnya tanggul tersebut merupakan musibah dan hendaknya jangan dipermasalahkan dan jangan mencari siapa yang salah. 
"Intinya kita tidak bisa saling menyalahkan ini salah siapa. Karena ini musibah," ujar Rano Karno saat meninjau pusat evakuasi korban di STIE Ahmad Dahlan Jalan Ciputar Raya, Cireundeu, Ciputar Tangerang. 
Menurut Rano, sesuai instruksi Presiden SBY, musibah di Situ Gintung penanganannya ditetapkan tanggap darurat bencana. Sehingga penanganannya sesuai dengan prosedur tetap (protap). 
Ahli Jepang dipanggil 
Untuk menghindari terulangnya peristiwa tersebut, pemerintah dalam waktu dekat ini akan memperbaiki tanggul tersebut dan perbaikannya dengan menggunakan para ahli dari Jepang.
"Ini ada ahli dari Jepang, mereka akan saya panggil langsung. Mereka besok akan rapat di kantor untuk membuat design yang bagus," kata Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.
Rencana perbaikan itu dikatakannya usai rapat tertutup yang dipimpin Presiden SBY dan Wapres Jusuf Kalla di Rumah Makan Situ Gintung, Jl Ciputat Raya,  
Untuk menghindari terjadinya longsor susulan, lanjut Djoko, tanggul akan dipasangi pelindung tebing berbahan baku utama batu. 
"Itu dari batu yang akan mengganjal lonsoran-longsoran," jelasnya.
Namun, menurutnya, perbaikan danau Situ Gintung tidak bersifat darurat. Lahan di sekitar danau juga akan dikonservasi kembali.
 "Langkah-langkah sejauh ini menyangkut masalah teknis tidak ada masalah. konservasi lahan sekitar akan kita perbaiki," pungkasnya. (8) simon leo siahaan


 
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar