Selasa, 28 Juli 2009

Saiful Dibunuh Rekan SMP-nya

Masa remaja adalah masa yang paling indah. Dibalik keindahan masa itu, suka dan duka pasti dilalui. Namun masa remaja macam-macam rasanya. Terkadang berlebihan tanpa memikirkan akibat buruknya.

Kamis (11/12) malam itu, sekitar pukul 23.30 WIB, sejumlah anggota tim SAR dibantu beberaoa polisi dari Polres Kabupaten Bekasi berada di tepi Sungai Cipaningkis, Kampung Pasir Kupang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Tak lama kemudian, satu per satu bergerak, ada yang menyisir tepian dan lainnya berendam di bagian tengah sungai.
Sekalipun peralatan lampu penerangan lumayan membantu, namun korps baju coklat itu tak membuahkan hasil. Itu sebab, setelah sekitar satu jam melakukan pencarian, operasi Jumat dini hari itu berhenti. “Kita sudah mengubek-ubek sungai itu, tapi hasilnya nihil. Mungkin, karena habis banjir sehingga jasad korban sudah terbawa arus,” kata Kapolres Kabupaten Bekasi AKBP Herri Wibowo.
Sepekan belakangan ini, aparat Polres Kabupaten Bekasi memang sedang bekerja keras mengungkap kasus pembunuhan yang dilakukan oleh dua remaja siswa SMP terhadap temannya, Sjaiful Arif (13), siswa SMP 3 Cibarusah. Kasus ini terungkap setelah orang tua korban melaporkan ke polisi telah kehilangan anaknya sejak tujuh hari yang lalu. 
Selidik punya selidik, polisi akhirnya mencokok Ayung (13) dan Ahmad (16) dari rumahnya. Kecurigaan polisi kepada kedua remaja setengah kencur matang itu, karena korban keluar rumah bersama Ayung dengan menggunakan sepeda motor Suzuki Satria bernomor polisi B 6550 FRA warna hitam.
Peristiwa yang telah membuat geger warga Cibarusah itu terkesan tragis, karena berdasarkan hasil penyidikan polisi, ternyata nyawa Sjaiful dihabisi kedua rekannya seperti sudah terencana sebelumnya. Padahal, menurut cerita orang-orang dekat, kedua remaja itu berperilaku biasa saja dan cenderung pendiam. 
Anehnya lagi, kepada polisi kedua pelaku pembunuhan itu mengaku, bahwa hasil penjualan sepeda motor milik Sjaiful digunakan untuk membeli minuman keras dan foya-foya bersama pelacur. “Ya, untuk beli minuman kerad dan main perempuan,” aku Ayung ketika dibawa polisi menunjukan lokasi pembuangan jenazah Saiful di Sungai Cipamingkis.
Tak cuma itu, setelah di tengah jalan bertemu Ahmad, Ayung kemudian mengancam Sjaiful untuk tidak melakukan perlawanan. Pada sebuat tempat, keduanya kemudian memukuli Sjaiful dengan kunci roda yang terbuat dari besi baja. Pas terbentur pada bagian kepala, Sjaiful langsung terjatuh. Seketika itu pula Ahmad dan Ayung mencekik leher korban hingga tewas.
Seperti tanpa dosa, keduanya kemudian membopong jasad korban naik sepeda motor menuju jembatan Sungai Cipamingkis. Di situ, jasad Sjaiful dibuang ke dalam sungai dari ketinggian sekitar 15 meter. Perbuatan itu mereka lakukan karena khawatir bakal diketahui orang lain. “Menghilangkan jejak, kitu?” aku Ayung kembali.
Nah, usai membuang Sjaiful, Ahmad dan Ayung kemudian langsung merencanakan menjual sepeda motor rampasannya. Setelah dijual murah, mereka kemudian mengahabiskan hasil usahanya itu untuk foya-foya mabuk minuman keras selama beberapa hari.

Orangtua resah

Pasangan Mahfudin dan Enden adalah orang yang paling sedih mengetahui Sjaiful tewas di tangan rekannya sendiri. Mereka juga tak percaya, jika anaknya menjadi korban tewas yang mengenaskan. Padahal, Kamis (4/12), mereka masih melihat Sjaiful keluar rumah naik sepeda motor berboncengan dengan Ayung. 

Dijelaskan AKBP Herri Wibowo, kedua pelaku pembunuhan Sjaiful diamankan dari rumahnya. Kini, polisi masih terus melakukan pemeriksaan untuk mengetahui motif pasti tersangka nekat melakukan pembunuhan.
Saat ditangkap di rumahnya Ayung mengakui semua perbuatannya. Kepada petugas Ayung mengatakan dirinya menjemput Saiful di rumahnya. Setelah berbincang-bincang sejenak, keduanya kemudian pergi untuk mencari velg racing untuk sepeda motor Suzuki Satria milik Saiful. 
Namun di tengah jalan mereka bertemu dengan Ahmad, rekan Ayung yang ternyata sudah menunggu. Ayung dan Ahmad adalah remaja putus sekolah. Jika mereka bersekolah kini duduk di kelas dua atau tiga. Lalu ketiganya kemudian melanjutkan perjalanan dengan berboncengan sepeda motor yang dikendarai Ayung, sedangkan korban duduk di tengah.
Maksud tersangka Ayung menghabisi nyawa Saiful bersama Ahmad, rekan mainnya yang juga putus sekolah, hanya untuk mencari uang. Semula korban hanya berniat merampas sepeda motor milik korban. Entah kenapa berubah menjadi membunuh Saiful.
Padahal selama ini sang anak terbilang tertib dan disiplin. Selepas sekolah langsung pulang ke rumah, kalaupun pergi selalu pamit dan kembali tepat waktu. Belum pernah anak mereka itu pergi sampai berhari-hari. Ternyata Saiful dibunuh temannya sendiri, karena pelaku ingin menguasai sepeda motornya.
Ditambahkan Kapolres, peristiwa pembunuhan itu sendiri terjadi di Situ Bilbul, Sindang Mulya. Ketika itu, Ayung menghentikan sepeda motor yang dikendarai Sjaiful. Saat itulah, kepala korban dipukul dengan kunci Inggris oleh Ahmad, hingga korban tidak sadarkan diri. Untuk meyakinkan korban tewas, Ayung dan Ahmad kemudian membenamkan kepala Saiful ke dalam air.
Herri menambahkan, hingga saat ini jenazah korban belum ditemukan. Usaha pencarian di lokasi pembuangan seperti dituturkan tersangka belum membuahkan hasil. "Hingga saat ini jenazah korban belum ditemukan. Polisi bersama warga masih mencarinya dengan cara menyisiri kali," kata Herri. 
Bukan tidak mungkin, jenazah korban telah hanyut terbawa arus di kali tersebut. Selain waktu kejadian yang sudah lama, Kali Cipamingkis memang cukup besar dan dalam. Namun, polisi akan terus melanjutkan proses pencarian mayat Saiful, bocah SMP yang dibunuh temannya sendiri di sungai Cipaningkis, Kabupaten Bekasi. 
Ditegaskan, polisi harus bersikap persuasif dalam melakukan penyelidikan. "Keterangannya masih plin-plan. Kita harus membujuk mereka agar kooperatif. Makanya kita ajak mereka biar menemukan titik terang," jelasnya. 
Rencananya polisi akan menceburkan sebuah benda dengan berat yang sama dengan korban ke sungai Cipaningkis melalui Jembatan. Diharapkan dengan cara itu dapat diketahui kondisi mayat korban saat dibuang ke sungai oleh tersangka. "Kalau menancap (di dasar sungai), kita akan cari di situ," jelas Herri Wibowo mantan Wakapolres Jakarta Pusat itu. Menyedihkan! (8) simon leo siahaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar